Selasa, 06 Agustus 2024

Tirtayatra Sekolah Madania ke Bali

 Pengalaman Tirtayatraku ke Bali tahun 2018

Oleh: Ni Wayan Nindya Dewi Ardhyarani 12M


Tirtayatra adalah sebuah kegiatan yang cukup menarik, kegiatan ini adalah perjalanan untuk berkunjung ke tempat-tempat suci Agama Hindu untuk melaksanakan sembhayang, memohon air suci dan melakukan meditasi. Sekolah kita, yaitu Sekolah Madania, telah melaksanakan kegiatan Tirtayatra ke Pura Sad Kayangan dan Dang Kayangan di pulau Bali bersama dengan siswa-siswi Agama Hindu pada 5-9 Juni 2018. Pada kesempatan ini, saya, Nindya, akan menceritakan tentang pengalamanku pada saat saya mengikuti Tirtayatra tersebut.


Selasa, 5 Juni 2018

Hari Tirtayatra kita mulai dengan keberangkatan kami menuju Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Banten pada pukul 07:00 untuk berkumpul bersama dan siap-siap menuju Bali dengan pesawat Garuda. Setelah kami tiba Bandara Ngurah Rai di Bali, kami di jemput oleh My Bali Wisata Tour  untuk menuju ke Hotel Hawaii Bali untuk Istirahat sejenak, kemudian menuju ke pantai pandawa untuk bermain sambil menikmati sunset dan kami juga makan malam di rumah ayam betutu di Denpasar, Bali. Lalu, kami balik ke hotel untuk beristirahat.





Rabu, 6 Juni 2018:

Keesokan harinya, adalah Day-2 di Bali, kami berangkat dari Hotel Hawaii Bali jam 07.15 WITA setelah menikmati sarapan kita yang sangat enak dan lezat, kami berangkat untuk menuju ke 3 Pura untuk melakukan persembhayangan yaitu: Pura Ulun Danu Batur, Pura Besakih, dan Pura Goa Lawah. 


Pura Ulun Danu Batur 

Pura Ulun Danu Batur merupakan salah satu pura yang kami datangi, Pura ini termasuk tempat terpenting di Bali yang berperan sebagai pemelihara keharmonisan dan stabilitas seluruh pulau dan tempat sebagai pemujaan kepada Hyang Widhi dalam Prabawanya sebagai Wisnu. Pura Ulun Danu Batur masih menjadi pura penting di Bali. Pura Ulun Danu Batur diyakini menjadi tempat berstananya Ida Bethari Dewi Danu yang erat kaitannya dengan kemakmuran dan air.

Pura Besakih 

Pura Besakih adalah pura kedua yang kami datangi, terletak di Besakih, Rendang, Karangasem, pura ini adalah salah satu tempat sebagai pemujaan Hyang Widhi dalam prabawanya sebagai Sambu dan Tri Purusha. Tempat ini juga termasuk tempat paling bersejarah dalam sejarah Hindu di Bali. 






Pura Goa Lawah

Pura Goa Lawah adalah pura ketiga yang kami datangi, terletak di Desa Pasinggahan, Kelungkung, Pura ini juga menjadi titik fokus Perang Kusamba, sebuah perang antara Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Andreas Victor Michiels melawan rakyat Klungkung yang dipimpin oleh Dewa Agung Istri Kanya. Pura ini sangat unik, karena pura ini terdapat di sebuah gua yang berisi dengan banyak kelelawar.



Setelah kegiatan kami sudah selesai, kami berangkat dari Pura Goa Lawah untuk menuju kembali ke tempat penginapan kami, kami sampai balik di Hotel Hawaii Bali pada pukul 20.00 WITA, dan kami pun kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. 


Kamis, 7 Juni 2018:

Hari ke-3 kami adalah melanjutkan perjalanan untuk melaksanakan persembahyangan, seperti di hari ke-2 sebelumnya, kami juga menuju ke 3 Pura. Kami berangkat dari jam 07:30 WITA dari tempat penginapan, Tiga Pura yang kami datangi di hari ketiga adalah: Pura Tanah Lot, Pura Sambut Siwi, dan Pura Batukaru. 


Pura Tanah Lot

      Pura Tanah lot adalah tempat wisata ke-4 yang kami datangi, terletak di Kediri-Tabanan, Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan dan juga merupakan Pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut, pura ini adalah salah satu tempat yang paling disucikan di Bali, tempat ini pun terkenal sebagai spot untuk melihat matahari terbenam. 




Pura Rambut Siwi

     Pura Rambut Siwi adalah tempat wisata ke-5 yang kami datangi, terdapat di Kabupaten Jembara, pura ini menyimpan sejarah tentang seorang Mpu yang bernama Mpu Dang Hyang Nirartha yang berasal dari Jawa Timur datang ke Pulau Bali dan meninggalkan sehelai rambut yang diyakini sebagai penjaga daerah barat Bali dari hal - hal yang negatif. Pura Rambut Siwi biasa disinggahi oleh orang-orang Hindu yang memohon Air Suci dan juga tempat untuk menghormati Mpu Dang Hyang Nirartha.

Pura Luhur Batukaru

      Pura Luhur Batukaru adalah tempat wisata ke-6 yang kami datangi, terletak di Desa Wongaya Gede, Pura Luhur Batukaru adalah pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Mahadewa. Karena, fungsinya memuja Tuhan sebagai Dewa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan adalah dengan mempergunakan air secara benar, maka di Pura Luhur Batukaru ini disebut sebagai pemujaan Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh (sebutan Tuhan sebagai yang menumbuhkan).



Jumat, 8 Juni & Sabtu, 9 Juni 2018

Pura Lempuyang Luhur dan kepulangan hari Sabtu


  • Pura Lempuyang Luhur: Pura Lempuyang Luhur adalah tempat wisata ke-7 yang 

kami datangi, terletak di wilayah bagian Timur pulau dewata tepatnya di Kabupaten Karangasem, pura ini termasuk salah satu pura terbesar dan tertua di Bali, serta menjadi bagian dari Sad Kahyangan Jagad atau enam pura utama yang menjadi pilar Pulau Bali. Selain sebagai tempat suci untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan tempat suci untuk merayakan hari raya suci Agama Hindu, Pura Lempuyang Luhur menjadi tujuan wisata populer di Bali timur karena keindahan arsitektur dan pemandangan alamnya yang berlatar panorama Gunung Agung yang memukau.

  • Pantai Jimbaran: Kami mengakhiri perjalanan Tirtayatra kami dengan bermain di sebuah pantai yang indah dan juga menarik bernama Pantai Jimbaran sebelum kami bersiap-siap untuk balik pada hari Sabtu, 9 Juni 2018. Seperti Pura Tanah Lot, spot ini pun juga populer untuk menikmati hari terbenam sambil mendengar ombak menerjang dan menikmati angin yang segar. 



Ringkasan pendek tentang pengalamanku:


Setelah mengikuti program Tirtayatra tersebut pada tahun 2018, saya mempelajari banyak hal baru, salah satunya adalah kepentingan sebuah Pura bagi umat Hindu di Bali dalam melakukan persembahyangan dan memohon air suci. Pura yang kita kunjungi tersebut memiliki aturan yang penting untuk tetap ikuti guna untuk mengembangkan budaya Hindu dan menjaga keharmonisan pulau Bali. Salah satu spot favorit saya adalah Pantai Jimbaran/Jimbaran Bay. Jimbaran Bay dikenal dengan  makanan laut dan perairannya yang tenang, saya sangat merekomendasikan tempat ini untuk makan malam bersama teman-teman ataupun keluarga sambil “chasing the sunset”. Ringkasan kecil dari saya adalah, saya sangat suka dengan kegiatan Tirtayatra tersebut. Saya telah membuat banyak kenangan bersama teman-teman dan guru, saya juga belajar lebih banyak tentang sejarah pura di Bali. Semoga kegiatan ini akan terus berlangsung di Sekolah Madania dan menjadi kegiatan yang bermanfaat untuk generasi kedepannya 😊.

Kamis, 25 Juli 2024

Tirtayatra Ke India Sekolah Madania

 Pengalaman Tirtayatraku ke India Tahun 2021

by Dewa Ayu Ratnadia Divyani 11B



Pada kelas 11 awal, saya pergi ke India untuk Tirtayatra bersama Guru Agama Hindu dan 13 peserta yang lain. Awalnya ini adalah program sekolah di tahun 2019, saya seharusnya berangkat bersama teman-teman Madania sebanyak 33 peserta pada tanggal 19-26 September 2020. Sayangnya, pandemi COVID-19 melanda sehingga semua persiapan tiket dan visa harus dibatalkan. Karena itulah, keberangkatan ditunda hingga akhirnya terlaksana pada 19-26 Oktober 2022, saat saya kelas 11, bergeser 2 tahun dari program yang telah direncanakan.


Ini pertama kalinya saya pergi ke luar negeri. Jujur saja sebelum keberangkatan sangat membuat saya nervous. Untungnya semua berjalan lancar dari awal Bandara SOETA - Transit di Suvarnabhumi Airport - sampai akhirnya tiba di Indira Gandhi Airport. Hotel tempat kami menginap juga bukan kaleng-kaleng. Mirip seperti hotel bintang 4 di Jakarta. Sungguh di luar ekspektasi.


Selama di India, kami ke banyak tempat suci seperti Kurukshetra, Haridwar, Sungai Gangga, Rishikesh, Mansa Devi Mandir, Akshardham Temple, Mathura, Dwarakadheesh Temple, Vrindavan, dan Krishna Balram Mandir (Iskcon Vrindavan). Selain itu kami juga ke tempat-tempat wisata seperti India Gate, Parliament House, Secretariat Buildings, dan Taj Mahal. Tak lupa juga ke pusat perbelanjaan dan oleh-oleh. 

Seminggu rasanya kurang karena begitu banyak tempat dan makanan yang masih bisa di explore. Makanan di hotel sangat beragam dan cocok untuk lidah kami semua. Saya sampai naik 4 kilo sepulang dari sana. Semoga kedepannya Madania bisa mengajak semua murid-muridnya untuk Tirtayatra lagi ke India atau mungkin negara-negara lain yang masih mempunyai sejarah dan korelasi terhadap agama Hindu. Terima kasih kepada Hyang Widhi, Guru, Travel, dan para Orangtua yang sudah menjaga saya di sana hingga semua berjalan dengan lancar sampai kembali lagi ke Indonesia.




Senin, 18 Maret 2024

SHRI GITA CHALISA

Kegiatan rutin kami di Sekolah Madania setiap hari ketika siswa Muslim Sholat Jumat, Kristen Kebaktian, Katolik Doa Rosario, Buddha Namaskara maka Kami Siswa Hindu membaca Gita Chalisha bersama. 

Jadwal Gathering Siswa Hindu Madania: 

Senin-Kamis : Puja Tri Sandya, Meditasi dan kebersamaan. 

Jumat            : Puja Tri Sandya, Membaca Kitab Suci Bhagawad Gita, Meditasi dan Ngobrol Santai.

              SHRI GITA CHALISA

No

Sloka Bhagawad Gita

Artinya (Oleh Gede Pujha)

1.

dhṛtarāṣṭra uvāca

dharma-kṣetre kuru-kṣetre

samavetā yuyutsavaḥ

māmakāḥ pāṇḍavāś caiva

kim akurvata sañjaya

Bhagavad Gita, 1.1

 

Dhṛtarāṣṭra berkata:

Apakah yang akan mereka lakukan, pasukanku dan pasukan Pandawa di medan dharma Kurukshetra yang siap tempur, wahai Sanjaya?

2.

sañjaya uvāca
taḿ tathā kṛpayāviṣṭam
aśru-pūrṇākulekṣaṇam
viṣīdantam idaḿ vākyam
uvāca madhusūdanaḥ

Bhagavad Gita, 2.1

 

Sañjaya berkata:

Madhusudana berkata kepada Arjuna yang diliputi rasa belas kasihan dengan pelupuk mata digenangi air mata dan rasa remuk redam dalam hati, sebagai berikut”:

3.

śrī-bhagavān uvāca 

aśocyān anvaśocas tvaḿ

prajñā-vādāḿś ca bhāṣase

gatāsūn agatāsūḿś ca

nānuśocanti paṇḍitāḥ

Bhagavad Gita, 2.11

 

śrī-bhagavān bersabda:

Engkau berduka kepada mereka yang tak patut engkau sedihkan, namun engkau berbicara tentang kata-kata bijaksana. Orang bijaksana tak akan bersedih baik bagi yang hidup maupun yang mati.

4.

dehino ‘smin yathā dehe
kaumāraḿ yauvanaḿ jarā
tathā dehāntara-prāptir
dhīras tatra na muhyati

Bhagavad Gita, 2.13

Sebagaimana halnya sang roh itu ada pada masa kecil, masa muda dan masa tua demikian juga dengan diperolehnya badan baru, orang bijaksana tak akan tergoyahkan.

5.

vāsāḿsi jirnāni yathā vihāya

navāni gṛhnati naro ’parani

tathā sarirāni vihāya jirnāny

anyāni saḿyāti navāni dehi

Bhagavad Gita, 2.22

 

Seperti halnya orang menanggalkan pakaian usang yang telah dipakai dan menggantikannya dengan yang baru. Demikian pula halnya jiwatman meninggalkan badan lamanya dan memasuki jasmani yang baru.

6.

sukha-duḥkhe same kṛtvā

lābhālābhau jayājayau

tato yuddhāya yujyasva

naivaḿ pāpam avāpsyasi

Bhagavad Gita, 2.38

 

Dengan mempersamakan sukha dan dukha, untung dan rugi, menang dan kalah, siapkanlah dirimu untuk menghadapi perang itu, sehingga engkau terhindar dari dosa (perasaan bersalah).

7.

karmaṇy evādhikāras te

mā phaleṣu kadācana

mā karma-phala-hetur bhūr

mā te sańgo ‘stv akarmaṇi

Bhagavad Gita, 2.47

 

Berbuatlah hanya demi kewajibanmu, bukan hasil perbuatan itu yang kau pikirkan, jangan sekali-kali pahala jadi motifmu dalam bekerja. Jangan pula hanya berdiam diri tanpa bekerja.

8.

buddhi-yukto jahātīha

ubhe sukṛta-duṣkṛte

tasmād yogāya yujyasva

yogaḥ karmasu kauśalam

Bhagavad Gita, 2.50

 

Orang yang terikat oleh budhi-nya bebas dari perbuatan baik dan keji. Karena itu laksanakanlah yoga itu, sebab melakukan kegiatan kerja yang sempurna sama dengan yoga.

9.

indriyāṇāḿ hi caratāḿ

yan mano ‘nuvidhīyate

tad asya harati prajñāḿ

vāyur nāvam ivāmbhasi

Bhagavad Gita, 2.67

 

Sesungguhnya pikiran yang mengikuti keinginan panca indra bila tak terkendalikan akan terbawalah kebijaksanaannya, laksana perahu yang hanyut dalam air kebawa angin.

10

prakṛteḥ kriyamāṇāni

guṇaiḥ karmāṇi sarvaśaḥ

ahańkāra-vimūḍhātmā

kartāham iti manyate

Bhagavad Gita, 3.27

 

Sesungguhnya setiap perbuatan yang dilakukan disebabkan oleh sifat prakerti (naluri), tapi orang yang bingung karena keakuannya (ahamkara) berpikir ‘aku inilah pelaksananya’.

11

evaḿ buddheḥ paraḿ buddhvā

saḿstabhyātmānam ātmanā

jahi śatruḿ mahā-bāho

kāma-rūpaḿ durāsadam

Bhagavad Gita, 3.43

 

Jadi dengan mengetahui dia sebagai yang lebih agung dari kecerdasan, dengan mengendalikan sang diri dengan sang diri, basmilah musuhnya dalam wujud hawa nafsu yang sulit ditundukkan, wahai mahabahu .

12

yadā yadā hi dharmasya

glānir bhavati bhārata

abhyutthānam adharmasya

tadātmānaḿ sṛjāmy aham

Bhagavad Gita, 4.7

 

Sesungguhnya manakala dharma berkurang kekuasaannya dan tirani hendak merajalela, wahai Arjuna, saat itu aku ciptakan diriku sendiri.

13

catur-varnyam´ maya srstam´

guna-karma-vibhagasah

tasya kartaram api mam´

viddhy akartaram avyayam

Bhagavad Gita, 4.13

 

Catur warna (empat tatanan masyarakat) adalah ciptaan-Ku menurut pembagian kualitas dan kerja; tetapi ketahuilah bahwa walaupun Aku penciptanya, Aku tak berbuat dan merubah diri-Ku.

14

karmaṇy akarma yaḥ paśyed

akarmaṇi ca karma yaḥ

sa buddhimān manuṣyeṣu

sa yuktaḥ kṛtsna-karma-kṛt

Bhagavad Gita, 4.18

 

Dia yang melihat tanpa kegiatan pada kegiatan kerja, kerja (karma) dalam tak kerja, ia sesungguhnya orang bijaksana diantara manusia. Ia dikendalikan dan bekerja dengan sempurna.

15

brahmārpaṇaṁ brahma havir

brahmāgnau brahmaṇā hutam

brahmaiva tena gantavyaṁ

brahma-karma-samādhinā

Bhagavad Gita, 4.24

 

Brahman adalah persembahan itu, Brahman adalah mentega, yang dipersembahkan pada api Brahman, hanya kepada Brahmanlah ia yang mengetahui Brahma menghadap dalam kegiatan kerjanya.

16

na hi jñānena sadṛśaḿ

pavitram iha vidyate

tat svayaḿ yoga-saḿsiddhaḥ

kālenātmani vindati

Bhagavad Gita, 4.38

 

Tak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat menyamai kesucian ilmu pengetahuan; mereka yang sempurna dalam yoga akan memenuhi dirinya sendiri dalam jiwanya pada waktunya.

17

sannyāsas tu mahā-bāho

duḥkham āptum ayogataḥ

yoga-yukto munir brahma

na cireṇādhigacchati

Bhagavad Gita, 5.6

 

Tetapi samnyasa tanpa yoga sungguh sukar dicapai, wahai Mahabahu, seorang muni yang dilengkapi dengan karma yoga mencapai Brahman dengan segera.

18

brahmaṇy ādhāya karmāṇi

sańgaḿ tyaktvā karoti yaḥ

lipyate na sa pāpena

padma-patram ivāmbhasā

Bhagavad Gita, 5.10

 

Mereka mempersembahkan semua kerjanya, kepada Brahman, berbuat tanpa motif keinginan apa-apa, tak terjamah oleh dosa papa, laksana daun Teratai oleh air.

19

yo māḿ paśyati sarvatra

sarvaḿ ca mayi paśyati

tasyāhaḿ na praṇaśyāmi

sa ca me na praṇaśyati

Bhagavad Gita, 6.30

 

Dia yang melihatku melihat segalanya ada pada-Ku. Aku tak bisa lepas dari padanya dan dia tak bisa lepas dari pada-Ku.

20

catur-vidhā bhajante māḿ

janāḥ su-kṛtino ’rjuna

ārto jijñāsur arthārthī

jñānī ca bharatarṣabha

Bhagavad Gita, 7.16

 

Ada empat macam orang yang baik hati memuja pada-Ku, wahai Arjuna, (yaitu) mereka yang sengsara, yang mengejar ilmu, yang mengejar harta dan yang berbudi, wahai Arjuna.

21

bahūnāḿ janmanām ante

jñānavān māḿ prapadyate

vāsudevaḥ sarvam iti

sa mahātmā su-durlabhaḥ

Bhagavad Gita, 7.19

Orang yang bijaksana akan datang kepada-Ku pada akhir banyak kelahiran, karena tahu Vasudeva adalah segalanya ini; sukar mendapatkan orang agung seperti itu.

22

avyaktaḿ vyaktim āpannaḿ

manyante mām abuddhayaḥ

paraḿ bhāvam ajānanto

mamāvyayam anuttamam

Bhagavad Gita, 7.24

 

Orang yang picik pengertian beranggapan Aku yang tak berbentuk menjadi termanifestasikan, tidak mengetahui sikap-Ku yang lebih tinggi kekal abadi dan Yang Maha Tinggi.

23

yaḿ yaḿ vāpi smaran bhāvaḿ

tyajaty ante kalevaram

taḿ tam evaiti kaunteya

sadā tad-bhāva-bhāvitaḥ

Bhagavad Gita, 8.6

 

Apapun yang diingat dan dipikirkan seseorang pada saat ajal tiba, meninggalkan badan jasmani ini, wahai Arjuna, ia akan sampai  pada keadaan yang terpikirkan itu, sebab hal itu terus menerus terserap dalam pikiran itu.

24

tasmāt sarveṣu kāleṣu

mām anusmara yudhya ca

mayy arpita-mano-buddhir

mām evaiṣyasy asaḿśayaḥ

Bhagavad Gita, 8.7

 

Karena itu, kapan saja ingatlah pada-Ku selalu, dan berjuanglah terus maju, dengan pikiran dan pengertian tetap pada-Ku, engkau pasti akan sampai kepada-Ku.

25

ananyāś cintayanto māḿ

ye janāḥ paryupāsate

teṣāḿ nityābhiyuktānāḿ

yoga-kṣemaḿ vahāmy aham

Bhagavad Gita, 9.22

 

Mereka yang hanya memuja-Ku, tanpa memikirkan yang lainnya, yang senantiasa penuh pengabdian, kepada mereka Kubawakan segala  yang mereka butuhkan dan Kulin-dungi segala apa yang mereka miliki.

26

patraḿ puṣpaḿ phalaḿ toyaḿ

yo me bhaktyā prayacchati

tad ahaḿ bhakty-u pahṛtam

aśnāmi prayatātmanaḥ

Bhagavad Gita, 9.26

 

Siapapun yang dengan sujud bhakti Kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, sekuntum bunga, sebiji buah, seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.

27

man-manā bhava mad-bhakto

mad-yājī māḿ namaskuru

mām evaiṣyasi yuktvaivam

ātmānaḿ mat-parāyaṇaḥ

Bhagavad Gita, 9.34

 

Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbhakti pada-Ku, bersujud pada-Ku, sembahlah Aku dan setelah kau mengendalikan dirimu dengan Aku jadi tujuanmu tertinggi, engkau akan tiba pada-Ku.

28

ahaḿ sarvasya prabhavo

mattaḥ sarvaḿ pravartate

iti matvā bhajante māḿ

budhā bhāva-samanvitāḥ

Bhagavad Gita, 10.8

Aku adalah asal mula segala yang ada, dari Aku lahirnya segala suatu ini, mengetahui ini – orang bijaksana memuja-Ku dengan sepenuh hati.

29

mat-karma-kṛn mat-paramo

mad-bhaktaḥ sańga-varjitaḥ

nirvairaḥ sarva-bhūteṣu

yaḥ sa mām eti pāṇḍava

Bhagavad Gita, 11.55

 

Ia yang melakukan kegiatan kerja untuk-Ku, yang memandang-Ku sebagai Yang Utama, yang bebas dari keterikatan, yang tanpa permusuhan terhadap segala insani, dia datang kepada-Ku wahai putra Pandawa.

30

mayy eva mana ādhatsva

mayi buddhiḿ niveśaya

nivasiṣyasi mayy eva

ata ūrdhvaḿ na saḿśayaḥ

Bhagavad Gita, 12.8

 

Pusatkanlah pikiranmu hanya pada-Ku, biarlah kesadaranmu ada pada-Ku, setelah itu  engkau akan hidup di dalam-Ku, dan ini tak perlu disangsikan lagi.

31

yāvat sañjāyate kiñcit

sattvaḿ sthāvara-jańgamam

ksetra-ksetrajña-saḿyogāt

tad viddhi bharatarṣabha

Bhagavad Gita, 13.26

 

Apapun yang diciptakan, wahai yang terbaik dari wangsa Bharata, yang bergerak atau yang tidak bergerak, ketahuilah itu terjadi karena hubungan antara yang mengetahui lapangan dan lapangannya.

32

māḿ ca yo ’vyabhicāreṇa

bhakti-yogena sevate

sa guṇān samatītyaitān

brahma-bhūyāya kalpate

Bhagavad Gita, 14.26

 

 

Ia yang mengabdi pada-Ku dengan bhakti yang tulus, setelah mengatasi guna, layak manunggal dengan Brahman.

33

sarvasya cāhaḿ hṛdi sanniviṣṭo

mattaḥ smṛtir jñānam apohanaḿ ca

vedaiś ca sarvair aham eva vedyo

vedānta-kṛd veda-vid eva cāham

Bhagavad Gita, 15.15

 

Aku berdiam dalam hati semua ingatan, ingatan dan ilmu pengetahuan, hilangnya ingatan datangnya dari Aku; sesungguhnya Akulah yang harus diketahui oleh Kitab Veda, Akulah pencipta Vedanta dan Aku pulalah yang mengetahui Veda.

34

tri-vidhaḿ narakasyedaḿ

dvāraḿ nāśanam ātmanaḥ

kāmaḥ krodhas tathā lobhas

tasmād etat trayaḿ tyajet

Bhagavad Gita, 16.21

 

Tiga pintu gerbang ke neraka, menuju jurang kehancuran diri, yaitu kama, krodha dan lobha (keinginan, kemarahan, dan rakus), oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan.

35

anudvega-karaḿ vākyaḿ

satyaḿ priya-hitaḿ ca yat

svādhyāyābhyasanaḿ caiva

vāń-mayaḿ tapa ucyate

Bhagavad Gita, 17.15

Kata-kata yang tidak melukai hati, dapat dipercaya, lemah lembut dan berguna, demikian pula membiasakan diri dalam mempelajari kitab-kitab suci, ini dinamakan pertapaan kata-kata.

36

bhaktyā mām abhijānāti

yāvān yaśh chāsmi tattvataḥ

tato māṁ tattvato jñātvā

viśhate tad-anantaram

Bhagavad Gita, 18.55

 

Dengan berbhakti kepada-Ku, ia mengetahui siapa dan apa sesungguhnya Aku, dan dengan mengetahui hakekat-Ku, ia mencapai Aku dikemudian hari.

37

īśvaraḥ sarva-bhūtānāḿ

hṛd-deśe ’rjuna tiṣṭhati

bhrāmayan sarva-bhūtāni

yantrārūḍhāni māyayā

Bhagavad Gita, 18.61

 

Yang Maha Kuasa berdiam dihati setiap insani, menyebabkan mereka semua berputar, wahai Arjuna, beredar dengan prinsip kekuatan maya-Nya, seolah-olah berada di atas mesin belaka.

38

sarva-dharmān parityajya

mām ekaḿ śaraṇaḿ vraja

ahaḿ tvāḿ sarva-pāpebhyo

mokṣayiṣyāmi mā śucaḥ

Bhagavad Gita, 18.66

Tinggalkanlah semua kewajibanmu, datang berlindunglah kepada-Ku saja; janganlah berduka, sebab Aku akan membebaskanmu dari segala dosa.

39

ya idaḿ paramaḿ guhyaḿ

mad-bhakteṣv abhidhāsyati

bhaktiḿ mayi parāḿ kṛtvā

mām evaiṣyaty asaḿśayaḥ

Bhagavad Gita, 18.68

 

Dia yang mengajarkan rahasia utama ini kepada para pengikut-Ku dengan memperlihatkan kebhakti-annya yang tertinggi kepada-Ku tak dapat disangkal akan datang pada-Ku.

40

yatra yogeśvaraḥ kṛṣṇo

yatra pārtho dhanur-dharaḥ

tatra śrīr vijayo bhūtir

dhruvā nītir matir mama

Bhagavad Gita, 18.78

 

Di manapun ada Sri Krsna penguasa yoga dan Arjuna sang pemanah utama berada, di sana pasti ada kebahagiaan, kemenangan, kesejahteraan dan moralitas, demikianlah pendapat hamba.

Oṁ apavitraḥ pavitro vā sarvāvasthāng gato’pi vā, 

yaḥ smaret puṇḍarīkākṣaṁ  sa bāhyābhyantaraḥ śuciḥ.
Śrī Vişņu, Śrī Vişņu Śrī Vişņu (Garuda Puraņa 2.47.52)

 

“Ya Tuhan YME, apakah hamba dalam keadaan tidak suci, dalam keadaan suci,  atau dalam keadaan apa pun hamba, dengan mengingat NamaMU Tuhan Yang Maha Pengasih didalam hati, maka hamba yakin akan disucikan lahir dan batin”   Om Santih Santih Santih Om