Rabu, 11 Agustus 2010

Pengalaman Tirtayatra Ke Bali By Komang Putra Setiawan

Pengalaman Tirtha Yatraku di Bali
By Putra (6S)
       Saya bersama teman-teman yaitu Prita, Ara, Kak Nanda dan Bu Ayu beserta suami dan anaknya yaitu Pak Dewa dan Gek Wya pergi ke Bali untuk Tirtha Yatra. Ketika kita tiba di Bandara Ngurah Rai dengan menggunakan Pesawat Garuda, kita di jemput oleh Kak Nanda dan Tantenya. Ketika kita sudah tiba di rumahnya, kita bisa berenang, makan, dan membuat banten. Hari ini juga saya tidur bersama Ara. Keesokan harinya kita sarapan paginya apa saja yang kita perlu dan yang kita mau. Di perjalanan kita membeli makanan dan minuman. Kita pertamanya ke Pura Lempuyang. Di sana kita harus mendaki sebanyak 1800 anak tangga sejauh 6 kilometer di gunung Lempuyang. Saya merasa tidak senang, tidak enak, keliru. Kita berhasil Tirtha Yatra di Pura Lempuyang. Saya sangat lega karena berhasil mencapai Pura Lempuyang dan sembahyang di sana. Di sana udaranya sangat sejuk, anginnya keras sekali karena lima hari sebelumnya ada badai yang menumbangkan banyak pohon, kita berada di ketinggian 1425 meter di atas permukaan laut sehingga kabutnya sangat tebal dan menyebabkan hujan rintik-rintik dari pohon. Seharusnya kita turun dari Pura Lempuyang Luhur dengan pesawat yang kecil, helikopter, kereta gantung, atau kereta api. Namun ternyata belum ada di situ, nanti kalau saya mau dan punya banyak uang saya akan membuat semua fasilitas itu ada. Setelah itu kita ke Pura Goa Lawah yang ada banyak kelelawar. Itu tidak sesuai rencana karena kita sudah sangat capek turun dari Pura Lempuyang luhur padahal rencananya kita mau ke Pura Andakasa dan Pasraman Ibu Gedong di Karangasem.
       Besoknya kita ke Pura Besakih. Di sana kita bertemu banyak anjing. Setelah sembahyang kita ke Pura Batur. Kita melewati hutan Kintamani yang adalah kampung halaman anjing Kintamani yang putih, hitam, & abu-abu. Di Pura Batur ada tempat sembahyang umat Konghucu. Puranya sangat sepi kecuali pada hari raya baru ramai. Kita kehujanan di sana, lalu kita menyewa 2 payung. Lalu kita ke Pura Uluwatu yang puranya dekat laut & yang selalu dihampiri turis. Di sana banyak monyet. Bendaku pernah mau direbut sama monyet. Monyet-monyetnya selalu menjarah orang-orang yang datang pura. Selimutnya Gek Wya pernah mau direbut sama monyet. Ketika Bu Ayu melindunginya, monyetnya memantati Bu Ayu, he he he. Pulangnya dari sana kita makan di kafe pamannya Ara yaitu Kafe Nyoman. Di sana pernah terjadi Bom Bali 2. Saya tersedak ketika makan ikan bakar.
       Keesokan harinya kita ke Pura Tanah Lot yang ada di pantai Tanah Lot. Di sana kita harus menyucikan diri kalau mau sembahyang disana. Saya pernah menyentuh ular suci yang ada di goa Tanah Lot. Lalu kita ke Pura Rambut Siwi yang banyak lalatnya & dekat laut juga. Disana banyak lalat karena bau laut yang amis. Setelah kita pulang, saya dijemput mama. Lalu saya mengikuti acara keluargaku di Pura keluargaku & menengok nenekku yang sudah tua. Kemudian kami kembali ke Jakarta Pada hari Kamis tanggal 15 Maret 2007. Saya sangat senang dengan perjalanan ini. Terima kasih orang tuaku, terima kasih guruku dan juga terima kasih sekolahku.

Selasa, 10 Agustus 2010

Pengalaman Tirtayatra Ke Bali By Made Agustha I.S.


Kisah Tirtayatra 10-14 Maret 2007
By Deara (4W)

Pada saat aku ke Pura Lempuyang aku sangat capek karena perjalanannya 6 km dari parkiran mobil dan aku sangat kecewa karena permen nano-nanoku diambil oleh monyet yang ada di balik pepohonan. Aku dan Kak Prita membalap rekor Kak Nanda yang menaiki gunung lebih tinggi dari aku dan Kak Prita akan tetapi saat sudah tiga kali istirahat Kak Prita tidak bisa lebih tinggi dari Kak Nanda aku tetap jalan dan tidak berhenti setelah aku melihat pura akhirnya kita sampai di pura yang kita tuju sebelum itu kita membeli minuman dan kacang tetapi Pak Dewa bertanya bu disini kok sepi ya padahal ini kan Pura Lempuyang kata Pak Dewa tetapi ibu itu berkata ini bukan Pura Lempuyang ini Pura Pasar Agung semua murid Bu Ayu berkata yah capek deh!! Kata semua murid Bu Ayu serentak.
Sesampainya di Pura Lempuyang Luhur aku bertanya mas kira-kira tingginya dari atas kebawah berapa? Kataku mas itu menjawab 1425 diatas permukaan laut  wah tinggi bener nih ampe 1000 kalau turun capek lagi gak ya? kataku dalam hati. Saat sampai ke rumah aku ingin menonton karena ada acara kesukaanku ya itu kartun. Dalam perjalanan pulang aku mampir dulu sembahyang ke Pura Goa Lawah, disitu banyak sekali kelelawar hampir beribu-ribu kelelawar menyangkut di dalam goa itu tetapi para pedanda masih bisa ke dalam walaupun banyak kelelawar wah gimana yah kalau yang sensitive terhadap kelelawar pasti sudah takut kepada kelelawar iih jijik.
 Sesampai di jalan aku makan tetapi di pinggir jalan aku berkata wah orang kaya yang tersiksa semua orang di situ pada ketawa karena ya emang betul sih Kak Nanda orang kaya dan Kak Prita orang kaya juga pasti pada ketawa Karena mereka sudah melupakan tentang diri mereka sendiri tetapi saat makan aku berpikir bahwa kita itu sudah seperti orang miskin yang lebih tersiksa wah bisa juga ya berpikir seperti itu mana ada orang yang berpikir sebegitu dan juga lagi makan apa gak pengen makan lagi tuh tapi kalau aku sih makan aja yang penting enak kan.
Sesampai di rumah aku belajar membuat banten dengan semat tetapi karena belum kuat aku memakai steples untuk  membuat banten yang akan di bawa besoknya. Keesokaan harinya aku ke Pura Besakih, Batur, dan Uluwatu perjalanan ke Pura Besakih kira kira 1 jam sesampainya di Pura Besakih aku dan teman temanku berjalan ke padma tiga dan melewati tangga. Aku dan Kak Prita menghitung berapa jumlah tangga yang kita naiki pada saat ke padma tiga hanya ada 68 tangga tidak sama dengan pura lempuyang yang bertangga 1800 tangga dari parkiran. Perasaanku selama menjalani kedua kegiatan ini aku merasa sedikit capek dan senang karena bisa menjelajah ke pura pura yang tak pernah ku kenal di Bali. (Made Agustha I.S.)
 

Kamis, 05 Agustus 2010

Made Wiwekananda Kusuma: Pengalaman Tirta Yatra

Pengalaman Titrayatra Ke Bali
Nanda 10L


Perjalanan Tirtayatra Tgl 10-14 Maret sangatlah menyenangkan karena untuk pertama kalinya siswa Hindu mengadakan acara Titrayatra ke luar kota. Waktu itu aku yang menjemput Adik-adik kelas beserta Bu Ayu dan keluarganya. Aku sudah tiba di Bali sehari sebelum mereka semua datang. Setelah menjemputnya, saya langsung mengantarkan mereka menuju rumahku di Jl. Tukad Unda 5 no.11. Sampai dirumahku kita harus mempersiapkan diri untuk besok karena besok kita akan berangkat ke Pura Lempuyang Luhur dan saya sudah pernah kesana bersama keluarga saya, jadi saya tahu bagaimana lelahnya menuju Pura itu yang berada di puncak gunung Lempuyang. Untuk menuju ke sana kita tidak dapat mengunakan mobil melainkan dengan cara berjalan kaki.

Sesampainya di rumahku, aku langsung membagikan kamar untuk mereka termasuk keluarga bu Ayu. Saat sore hari Prita, Putra dan Ara langsung berenang di rumahku. Kami melakukan makan malam bersama, dan selalu berkumpul dan berdoa bersama setiap akan sarapan dan makan malam.

Pada hari pertama kita ke Pura Lempuyang Luhur dan Goa Lawah dan hari kedua berjalan ke Pura Besakih, Pura Batur, dan Pura Uluwatu. Di hari ke tiga kita semua menuju Pura Tanah Lot dan Pura Rambut Siwi.

Dari Titrayatra ini saya mendapat banyak pengalaman, mulai dari saya harus belajar bertanggung jawab untuk menjaga adik-adik Hindu yang semuanya masih SD, belajar untuk menjadi pemimpin, harus tetap tegar menghadapi segala sesuatu, dan juga belajar berani dalam mengambil suatu keputusan dengan tepat dan cepat. Contohnya ketika kita semua kelelahan sepulang dari Pura Lempuyang Luhur, akhirnya saya memutuskan tidak jadi ke Pura Andakasa dan ke Pasraman Ibu Gedong melainkan ke Pura Goa Lawah saja. Harapan saya agar di tahun yang akan datang dapat mengadakan Tirtayatra lagi. Terima Kasih pada kedua Orang Tuaku dan Sekolah Madania. (Made Wiwekananda Kusuma)

Rabu, 04 Agustus 2010

Tirta Yatra Ke Bali

Siswa Hindu Madania Progressive Indonesian School, Bogor pada tanggal 10-14 Maret 2007 telah melakukan Tirta Yatra ke Bali. Adapun daftar pura yang telah dikunjungi adalah sebagai berikut:

1. Pura Lempuyang Luhur di Karangasem

2. Pura Goa Lawah di Klungkung

3. Pura Besakih di Karangasem

4. Pura Batur

5. Pura Uluwatu

6. Pura Tanah Lot di Tabanan

7. Pura Rambut Siwi di Negara

Tujuan dilakukannya kegiatan Tirta Yatra ini adalah untuk meningkatkan rasa bhakti siswa kepada Ida Hyang Widhi, mengetahui letak dan keadaan Pura Sad dan Dang Kayangan di Bali, menambah rasa percaya diri dan kemandirian siswa serta untuk melaksanakan Dana Punia.

Perjalanan Tirta Yatra ini terselenggara berkat kerjasama yang baik antara siswa, guru, dan orang tua serta atas Asung Kerta Wara Ida Sanghyang Widhi Wasa. Keinginan pertama untuk melakukan perjalanan suci ini tercetus oleh siswa saat proses belajar mengajar itu berlangsung.

Walaupun setiap tahun siswa kelas 8 melakukan Fieldtrip ke pulau Bali, namun tidak melakukan Tirta Yatra ke Pura karena sebagaian besar siswa Madania Progressive Indonesian School adalah Moslem.  Sekolah Madania menerima semua agama yang ada di Indonesia.  Sekarang ada 5 agama berbeda di sekolah ini.